Jumat, 17 Desember 2010

HEMOGLOBIN GLIKOSILAT

Reaksi pengikatan aldehid pada protein dikenal sebagai reaksi glikosilasi. Salah satu contoh reaksi glikosilasi protein adalah Hemoglobin Glikosilat. Jika Hemoglobin bercampur dengan larutan berkadar glukosa tinggi, rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara ireversibel, proses ini dinamakan glikosilasi. Glikosilasi terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi.

Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen, salah satu jenis dari Hb adalah HbA dan Hb glikosilasi yang terpenting adalah fraksi HbA1c. Merupakan komponen kecil hemoglobin yang stabil dan terbentuk secara perlahan melalui reaksi non-enzimatik dari Hb dan glukosa.

HbA1C terbentuk dari ikatan glukosa dengan gugus amida pada asam amino valin di ujung rantai beta dari globulin Hb dewasa normal yang terjadi pada 2 tahap. Tahap pertama terjadi ikatan kovalen aldimin berupa basa Schiff yang bersifat stabil dan tahap kedua terjadi penyusunan kembali secara Amadori menjadi bentuk ketamin yang stabil. Pada keadaan hiperglikemik akan meningkatkan pembentukan basa Schiff antara gugus aldehid glukosa dengan residu lisin, arginin, dan histidin.



 

HbA1C terjadi secara lambat yaitu sekitar 120 hari (rentang hidup sel darah merah) dan terjadi terus-menerus sepanjang rentang hidup tersebut, sehingga eritrosit tua akan mengandung HbA1c lebih banyak dibandingkan eritrosit muda.

Jumlah hemoglobin yang terglikosilasi bergantung pada jumlah glukosa darah yang tersedia. Jika kadar glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi dengan glukosa sehingga menghasilkan glikohemoglobin.


Karakteristik HbA1c

Kecepatan pembentukan HbA1c tergantung secara langsung pada konsentrasi glukosa. Karena eritrosit permeabel dilalui oleh glukosa, maka pengukuran HbA1c mencerminkan keadaan glikemik selama masa 120 hari yaitu rata-rata masa hidup eritrosit.

Waktu paruh HbA1c sekitar setengah dari masa hidup eritrosit yaitu 60 hari (2 bulan). Dengan demikian HbA1c digunakan untuk memantau keadaan glikemik untuk kurun waktu 2-3 bulan yang lampau. (pedoman pemeriksaan laboratorium untuk penyakit diabetes melitus, 2005).

Kadar HbA1c

Kadar HbA1c mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.

Pada orang normal, sekitar 4―6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi HbA1C. Pada hiperglikemia yang berkepanjangan, kadar HbA1C dapat meningkat hingga 18―20%. Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen, tetapi kadar HbA1C yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes. Setelah kadar normoglikemik menjadi stabil, kadar HbA1C kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu.

HbA1c sebagai Kontrol Diabetes

HbA1c akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu HbA1c bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita DM (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1c-nya) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1c meningkat : pemberian terapi intensif untuk menghindari komplikasi.


Pengendalian metabolisme glukosa yang buruk ditandai dengan kadar gula dalam darah terus meningkat/hiperglikemia (Suyono, 2007).

Tingkat HbA1C yang buruk, mencerminkan ketidakpatuhan klien dalam menjalani terapi diabetik (Suyono, 2007).

Terapi diabetik merupakan terapi yang diberikan pada klien DM untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin, dan terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Efektif atau tidaknya terapi diabetik yang diberikan bergantung pada hasil pemeriksaan HbA1C (Suyono, 2007).

Semakin tinggi nilai HbA1c pada penderita diabetes melitus semakin potensial beresiko terkena komplikasi. (Hasil studi United kingdom prospektif Diabetes ). Setiap penurunan 1 % saja akan menurunkan resiko gangguan pembuluh darah (mikro vaskuler) sebanyak 35 %, komplikasi diabetes melitus lain 21 % dan menurunkan resiko kematian 21 %. Kenormalan HbA1c dapat diupayakan dengan mempertahankan kadar gula darah tetap normal sepanjang waktu. (Sutedjo, 2006).

Selain itu, produk glikosilasi kolagen dan protein lain yang berumur panjang dalam interstisium dan dinding pembuluh darah mengalami serangkaian tata ulang untuk membentuk irreversible advanced glycosylation end products (AGE), yang terus menumpuk di dinding pembuluh. AGE ini memiliki sejumlah sifat kimiawi dan biologik yang berpotensi patogenik dan diduga turut mendasari komplikasi diabetik.

Beberapa obat hipoglikemik oral (OHO) dapat menurunkan kadar HbA1C sebesar 0.5―2% bergantung cara kerja obat-obatan tersebut, yang sebagian besar akan meningkatkan sekresi dan sensitivitas terhadap insulin.

Seseorang yang melakukan tes harian pada glucometer dan menunjukkan hasil yang tinggi merupakan implikasi dari nilai kadar HbA1C yang tinggi pula. Hasil pada glucometer tinggi bila asupan makanan tidak sesuai dengan diet yang dianjurkan, tidak pernah melakukan olahraga, dan sebagainya. Sedangkan kadar HbA1C tinggi bila kadar gula darah terakumulasi secara berkepanjangan dari hasil pengukuran pada glucometer sebelumnya. HbA1C terbentuk pasca-translasi yang berlangsung lambat dan tidak dipengaruhi oleh enzim sepanjang masa hidup eritrosit. Karena itu pada eritrosit yang lebih tua kadarnya lebih tinggi daripada eritrosit yang lebih muda.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat HbA1C pada klien diabetes melitus di Poliklinik sebagian besar memiliki tingkat HbA1C yang buruk (54,8%). HbA1C terkandung dalam eritrosit yang hidup sekitar 100―120 hari, maka tingkat HbA1C yang buruk mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 3―4 bulan buruk (Price, 2005).

Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1c (terkontrol) : 4.5%- 7.0 %. Jadi HbA1c penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah adekuat atau belum. Sebaiknya, penentuan HbA1c ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan sekali.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui gambaran glukosa darah penderita selama 3 bulan, bila di dapat kadar HbA1cnya tinggi (> 7.0 %) berarti kadar glukosa darah penderita sebelumnya pernah mengalami tinggi.


 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket
Bisnis Dahsyat tanpa modal